Header Ads

MENYOAL STATEMEN MENAG TENTANG PAHAM RADIKALISME TERKADANG LAHIR DARI ORANG YANG BERPENAMPILAN BAIK DAN GOOD LOOKING

Oleh: Dr. Syafieh, M.Fil.I (Dosen IAIN Langsa)

Statemen Menteri Agama Fachrul Razi tentang paham radikalisme terkadang lahir dari orang yang berpenampilan baik dan good looking menuai protes dari beberapa kelompok masyarakat. Pernyataan ini disampaikan oleh Menteri Agama ketika dia menghadiri Wabinar dengan tema “Strategi Menangkal Radikalisme pada Apatatur Sipil Negara”, yang disiarkan di YouTube KemenPAN-RB, Rabu (2/9/20).  Salah satu protes dilayangkan oleh  wakil ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), Muhyiddin yang meminta Menteri Agama untuk menarik ucapannya terkait paham radikal masuk melalui orang berpenampilan menarik atau good looking dan memiliki kemampuan agama yang baik telah menyakitkan perasaan umat Islam, Jum’at (4/9/2020). Tuduhan yang tidak  yang  mendasar tersebut sangat menyakitkan dan mencederai perasaan umat Islam yang sudah punya andil besar dalam memerdekakan negara ini dan mengisi kemerdekaan dengan karya nyata. Dengan demikian statemen Menteri Agama tersbut  memunculkan pro dan kontra di tengah-tengah masyarakat Umat Islam.

Kalau melihat beberapa peristiwa terorisme di Indoensia, statemen Menteri Agama ini ada benarnya. Sebut saja misalnya peristiwa Bom  Thamrin Jakarta pada 14 Januari 2016, pelakunya adalah  Aman Abdurrahman alias Oman Rochman alias Abu Sulaiman bin Ade Sudarma, yang berpenampilan baik dan good looking, dengan memakai pakain yang biasanya dipakai oleh umat Islam yang taat. Selain peristiwa bom Thamrin, pada tahun 2019 juga terjadi peristiwa bom Sibolga Sumatera Utara yang dilakukan oleh seorang teroris Husain alias Abu Hamzah (AH). Husain diduga tergabung dalam jaringan teroris Jamaah Ansharut Daullah (JAD) yang berafiliasi dengan ISIS, dan masih banyak lagi kasus terorisme yang melibatkan orang-orang yang berpenampilan baik dan good looking. Oleh karena itu, statemen Menag menemukan kebenarannya kalau kita melihat beberapa peristiwa terorisme yang dilakukan oleh orang-orang yang berpenampilan baik dan good looking.

Kalau dilihat dalam perjalanan sejarah umat Islam, bahwa paham radikalisme telah lama muncul pada saat peristiwa pembunuhan terhadap Ali ibn Abi Thalib oleh seorang Khawarij yang bernama Abdurrahman Ibn al-Muljam. Al-Muljam tersebut seorang sosok yang mempresentasikan ahli ibadah, ahli baca al-Qu'ran, dan ahli fiqh. Akan tetapi karena terjadinya perpecahan dalam tubuh umat Islam pasca perang Siffin dan penyelesaian lewat Tahkim sehingga Abdurrahman Ibn Muljam mengambil posisi Khawarij dalam politiknya. Sebuah aliran yang menafikan nilai-nilai kemajemukan dan tekstualis, sehingga menjadi ekstrim, dan jauh dari nilai nilai tasamuh yang diajarkan Nabi saya, yakni Nabi muhammad Saw.  Dalam sejarah tersebut menunjukkan bahwa paham radikalisme ternyata juga muncul dari orang-orang yang berpenampilan baik.

Dalam konteks inilah, Menteri Agama mengingatkan kita, bahwa pada saat ini ada kecendrungan bahwa paham radikalisme telah masuk kekalangan Aparatur Sipil Negara (ASN) melalui orang-orang yang kelihatannya berpenampilan baik dan good looking. Perkataan Menteri Agama ini sangat wajar karena ia orang yang bertanggung jawab terhadap kehidupan dan kerukunan umat beragama di Indonesia. Toleransi dan hidup berdampingan antar agama menjadi prasyarat untuk damainya hidup dan kehidupan umat beragama di Indonesia. Dengan munculnya paham radikalisme di tengah-tengah kita akan merusak tatanan beragama yang sudah tertanam lama di hati masyarakat di Indonesia. Oleh karena itu paham moderasi beragama harus terus digaungkan oleh kita terutama ASN agar perkembangan paham radikalisme tidak terus tumbuh yang di masyarakat Indonesia yang pada akhirnya akan merusak persatuan dan kesatuan rakyat Indonesia. Wassalam.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.
close
Banner iklan disini